Minggu, 20 Desember 2009

Diabetes Vs Propolis: kadar gula darah turun

Diabetes, The Silent Killer. Penyakit diabetes merupakan penyakit yang bisa mematikan dan secara diam-diam dapat menyerang siap saja. Setiap orang dapat mengidap diabetes, baik tua maupun muda, termasuk Anda. Namun, yang perlu anda pahami adalah anda tidak sendiri.

Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita Diabetes Mellitus di dunia. Pada tahun 2000 yang lalu saja, terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes

Membaca Gejala Umum Diabetes

Gejala awal penderita diabetes adalah meningkatnya kadar gula darah yang tinggi. Hingga diatas 160-180 mg/dL. Peningkatan kadar gula darah yang tinggi akan memacu ginjal membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang akibat banyaknya glukosa yang dikeluarkan melalui air kemih.

Efek yang terlihat, penderita sering kencing dalam jumlah yang banyak (poliuri) dan penderita mudah kehausan yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsi).

Banyaknya glukosa yang ke luar juga menyebabkan penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi).

Gejala lainnya adalah pandangan kabur, pusing, mual dan berkurangnya ketahanan tubuh selama melakukan olah raga. Penderita diabetes yang gula darahnya kurang terkontrol lebih peka terhadap infeksi.

Komplikasi Diabetes Bisa Mematikan

Diabetes merupakan penyakit yang menimbulkan berbagi komplikasi penyakit tubuh lainnya. Hal ini disebabkan kadar gula darah yang terus meningkat, sehingga berakibat rusaknya pembuluh darah, saraf dan struktur internal lainnya.

Komplikasi kronis Diabetes mellitus meyebablkan penderita mudah terserang penyakit lainnya:

  1. 2x lebih mudah mengalami trombosit otak ( pembekuan darah dibagian otak) menyebabkan stroke.
  2. 2x lebih mudah mengalami penyakit jantung koroner
  3. 7x lebih mudah mengalami gagal ginjal kronis
  4. 25x lebih mudah mengalami kebutaan
  5. 5 x lebih mudah mengalami gangrene

Peran PROPOLIS untuk menurunkan kadar gula darah penderita Diabetes adalah dengan cara (Beijing propolis Research Network ):

  1. Flavonoid dalam propolis, kandungan terpene vinyl mendukung penggunaan sumber glukosa exogenons dari peranan glycogen, dan zat tersebut untuk menurunkan kadar gula darah.
  2. Propolis mempunyai efek bactericidal anti peradangan, bisa menjadi sel aktif, untuk meningkatkan regenerasi jaringan sel.
  3. Propolis adalah anti oxidant alam yang kuat, dan bisa secara signifikan meningkatkan aktifitus SOD. Penggunaan propolis tidak saja menurunkan tingkat radical bebas yang merusak sel, tapi juga menghindari juga merawat berbagai macam komplikasi penyakit.
  4. Propolis sangat mujarab, untuk penyuntikan insulin atau hypoglycemic, dapat secara signifikan menurunkan gula darah.
  5. Efek hipolipidemic dari propolis meningkatkan peredaran darah dan anti oksidan, melindungi pembuluh darah, yang mengendalikan komplikasi diabetes.
  6. Propolis dapat menstimulasi tubuh untuk menumbuhkan ATP. ATP adalah sumber penting dari energi tubuh, pemasok energy, meningkatkan kekuatan fisik.
  7. Nasps di dalam flavonoid propolis, zat polysaccharides mengatur metabolisme dan meningkatkan imunitas tubuh.
  8. Propolis kaya akan kalsium, magnesium, potassium, phosphor, zat besi, chromium dan elemen trace lain untuk mencegah dan merawat penderita diabetes.

Sumber: Beijing propolis Research Network

Sehat dengan ramuan tradisional oleh dr. Prapti Utami

Minggu, 13 Desember 2009

Madu “Makanan Istimewa” untuk Kebugaran Tubuh

Madu ternyata tak cuma nikmat diminum. Si kental manis asam ini juga baik untuk kesehatan tubuh pengonsumsinya. Bahkan, ia sudah mulai dilirik sebagai bahan obat.

Padahal, sebenarnya madu merupakan cadangan pakan bergizi tinggi bagi anak-anak lebah. Wajar kalau kemudian madu dimasukkan ke dalam kelompok bahan makanan bergizi oleh manusia.

Sebagian masyarakat Indonesia yakin kalau madu merupakan cairan alami yang enak dan manis. Kita juga beranggapan, madu kental itu sebagai “makanan istimewa” untuk kebugaran tubuh. Serta katanya, mampu menjaga lestarinya kemampuan seksual seseorang. Menurut sumber kepustakaan, setiap 1.000 g madu bernilai 3.280 kalori. Nilai kalori 1 kg madu sama dengan 50 butir telur atau 5,575 l susu, atau 1,680 kg daging.

Sebetulnya, khasiat madu amat berkaitan dengan kandungan gulanya yang tinggi. Yakni fruktosa 41%, glukosa 35%, dan sukrosa 1,9%. Serta unsur kan-dungan lainnya, seperti tepung sari ditambah berbagai enzim pencernaan. Lalu ada vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, antibiotika, dan lainnya.

Meski sama manisnya, perlakuan tubuh manusia terhadap madu yang manis itu berbeda dibandingkan dengan gula atau gula pasir. Madu dapat diproses langsung menjadi glukogen, sedangkan gula harus diproses terlebih dulu oleh enzim pencernaan di usus. Dengan demikian tubuh manusia bisa lebih cepat merasakan manfaat madu dibandingkan dengan gula pasir. Dari beberapa hal itu, rasanya bisa disimpulkan kalau madu bisa memberikan manfaat sangat penting dalam kehidupan manusia.

Madu peternak lebih baik 
Madu memang sudah dikenal sebagai sumber pakan berkhasiat, konon sejak ribuan tahun lalu. Dalam penggunaan sehari-hari, selain diminum dan dicicipi langsung, madu biasanya dipakai dalam industri susu bubuk, pabrik jamu, juga industri bahan makanan, misalnya untuk campuran roti, kue-kue, dan lainnya. Termasuk pula sebagai salah satu bahan makanan dalam kaleng, sirup, dan sebagainya.

Sayangnya, konsumen umumnya masih buta tentang mutu madu yang baik. Apalagi berbagai kemasan madu yang ada di pasaran jarang mencantumkan kandungan apa saja yang terdapat pada madu dalam botol itu. Seandainya dicantumkan pada kemasan, tetap saja sulit untuk mengetahui benar tidaknya kandungan 11 unsurnya, sebagai parameter yang ditentukan dalam Standar Industri Indonesia atau SII 0156-86.

Penelitian dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerja sama dengan Balai Besar Penelitian dan Industri Hasil Pertanian Bogor pada 1991 menyimpulkan, mutu madu produksi Indonesia, umumnya masih berada di bawah ketentuan SII. Lebih mengejutkan lagi, hasil penelitian yang dilakukan Laboratorium FMIPA Universitas Brawijaya Malang pernah menyimpulkan bahwa mutu madu produksi petani peternak secara umum, lebih baik dibandingkan dengan madu yang dijual di toko-toko, dengan segala kemewahan merek dan kemasannya.

Di sinilah perlunya peran para ahli untuk memberikan berbagai syarat madu yang memenuhi standar secara jelas dan ringkas, sehingga mudah diserap masyarakat luas. Di lain pihak perlu adanya itikad baik dan kejujuran dari para produsen serta penjual madu, sehingga berbagai macam madu yang beredar di pasaran tidak membingungkan kualitasnya.

Royal Jelly
Dalam perkembangan lebih lanjut, manusia menemukan produk lebah yang lebih hebat dibandingkan dengan madu, yaitu royal jelly alias “susu ratu”.

Dalam beberapa penelitian, royal jelly memberikan petunjuk katanya bisa menggantikan sel-sel tubuh yang mati, serta memelihara kebugaran tubuh. Juga disebut-sebut – lagi-lagi katanya – mampu mempertahankan keperkasaan lelaki. Bahkan, beberapa ahli lebah madu di Eropa kini kabarnya sedang meneliti kemungkinan royal jelly untuk mengobati penderita leukemia, kanker, dan AIDS.

Madu konon bisa menggantikan antibiotika bagi pasien pengidap kanker, juga menyembuhkan efek sampingan prosedur kuratif, dan obat rematik. Sedangkan venom atau racun lebah dapat untuk mengobati prostatitis kronis dan wasir. Juga dapat merehabilitasi pasien berpenyakit jantung, penyakit kulit, tukak lambung, luka bakar, dan sebagainya. Dalam suatu seminar internasional di Swis, tahun 1995, para peneliti dan ahli apiterapi juga ahli farmasi menyatakan dirinya siap bekerja sama secara internasional, untuk mengembangkan produksi obat-obatan dari produk lebah madu dan royal jelly.

Royal jelly yang disebut “susu ratu” sebetulnya bukan susu. Apalagi madu yang dihasilkan sang ratu lebah. Itu sebetulnya bahan makanan khusus untuk ratu lebah. Diduga karena terus-menerus makan royal jelly, queen bee itu bisa berumur antara 5 – 6 tahun.

Sejak 1922, seorang peneliti dari Prancis telah merekomendasikan royal jelly untuk pengobatan. Meski begitu sampai saat ini berbagai unsur yang terkandung di dalamnya belum bisa diketahui seluruhnya. Royal jelly yang manis agak kecut tetap merupakan misteri yang menggoda para ilmuwan.

Selebihnya, masih banyak laporan penelitian tentang berbagai produk lebah yang menunjukkan hasil positif untuk pengobatan, baik setelah mengonsumsi madu, tepung sari atau polen, maupun royal jelly. Sayangnya, kenyataan itu sulit diterima organisasi kesehatan dan perguruan tinggi kedokteran di beberapa negara dengan alasan kurangnya bukti ilmiah. Setidaknya, begitulah antara lain pernyataan pakar apiterapi dari Jerman. (Intisari